Desember 14, 2018
0


Zonapapuanews.- Jayapura- Saudara-saudaraku sekalian, untuk menduduki Jabatan Gubernur Papua adalah perjuangan yang bukan main-main sampai-sampai jiwa dan raga, dipertarukan demi menjadi orang nomor 1 DiPapua.

Dua Periode sudah Ia menangkan dengan total suara terbanyak dan bulat melalui kesuksesan politiknya diwilayah pegunungan tengah pemilu bersistem Noken.

Ia tidak takut dikatakan oleh dunia bahwa, kami orang bodok kami masih awam akan demokrasi karena itu adalah jalan menuju meraih suara politik penuh.

Melihat situasi papua akhir-akhir ini yang secara tiba-tiba menguncangkan dunia dan menjadi pelanggaran HAM terberat dan terbesar di dunia, seperti yang terjadi Kabupaten nduga, penulis sengaja mengupas sedikit keterlibatan Orang Nomor satu dipapua itu, akan serangkaian semua serangan mahluk tak BerTuhan itu.

Penulis Melihat, ketika satu orang pegunungan papua dicubit kulit badanya, semua orang pegunungan yang menduduki jabatan terpenting di negara ini berteriak hingga kering kerongkonganya kering atas nama Ham. Bukan hanya itu, semua pos-pos politiknya seperti KNPB dan KKB mulai bereaksi meminta kepada Dunia untuk di advokasi bahkan, Ia pun ikut-ikutan ingin melapor ke PBB jika ada orang papua gunung yang dicubit. Penulis ulangi orang papua gunung. Bukan orang papua pantai.

Orang Papua ada 2 versi, Papua pantai dan Papua gunung.

Bagi Orang Papua Gunung, Orang Papua Pantai adalah pendatang yang mempunyai hak pendatang sama dengan saudara-saudaranya senusantara. Memang ini pandangan yang menurut penulis agak sedikit lucu jika dibaca, tapi memang ini kenyataan. padahal, kenyataannya, orang papua gunung jika berada di daerah pantai, Ia dengan seenaknya menguasai hutan dan gunung disekitarnya bahkan apabila ditegur oleh sipemilik tanah, Ia angkat Panah dan ajak perang tanpa Ia sadari bahwa, Ia telah salah dalam hal ini membangun di Hak waris Orang tanpa meminta Ijin. Memang Ia salah tapi Ia menuntut harus dibenarkan. Memang ini aneh tapi nyata. Berusaha mempertahankan kebodohan untuk kebenaran dan memang benar-benar terjadi.

Otsus untuk orang Gunung.

Triliun Dana dari pemerintah untuk membangun papua, mereka orang gunung yang menikmati. Lihat saja, satu orang pegununagn saja bisa mencarter pesawat sebulan tiga kali. Padahal kalu mau lihat, uang dari mana dia dapat dan kerjanya apa serta penghasilannya berapa per-1 bulan berapa…?.

Denda.

Ya Denda adalah pendapatan terbesar dan tanpa harus mengeluarkan sedikit keringat. Setiap bentrok antar warga yang timbul dari masalah keluarga, tuntutan dendanya pasti mengarah ke pemerintah dan sekali dituntut pasti miliaran rupiah. Apa boleh buat pemerintah daerahpun memanjakan mereka dengan memberikan uang sebesar tuntutan itu karena bagi pejabat daerah pegunungan hak suara merekalah, yang diperhitungkan untuk periode berikutnya maka dana otsus pergi begitu saja namun heranya, laporan keuangan pasti lengkap.

Penulis sedikit membuka wawasan pembaca.

Coba kita simak bersama-sama. Mengapa di daerah papua pantai seperti Sarmi, Biak, Serui, Waropen dan sekitarnya tidak ada organisasi KNPB. Karena didaerah tersebut, dibatasi penduduk orang papua gunung sehingga daerah tersebut hingga saat ini selalu-aman dan aman.

Jika kita melihat diamana ada orang papua gunung, pasti disitu terjadi pembunuhan, pemerkosaaan, pencurian, penembakan, demo dan lain-lain. Dengan alasan dan pengalaman itulah, orang papua gunung dibatasi diaerah tersebut. Tujuannnya hanya satu demi kedamaian daerah itu.

Masih banyak yang penulis harus menulis dan membuka mata dan pikiran saudara-saudara sekalian untuk menganalisa kedepan apa dalang dibalik kasus Nduga ini dan mencari solusi. Namun, penulis harus mengakhiri tulisan ini agar tidak menyita banyak waktu sadara-saudara sekalian.

Akhir dari tulisan ini, penulis mengajak saudara-saudara semua untuk menanti tulisan penulis pada waktu berikutnya dengan topik-topik yang sedikitnya bisa menjadi acuan kepada pembaca untuk menganalisa bagaimana menangani konflik papua yang bermodus, Papua merdeka demi Kedududukan, jabatan, makan, minum dan Uang. zpn

0 komentar:

Posting Komentar