Oktober 01, 2017
1
Zonapapuanews - Siapa yang tidak kenal Benny Wenda, dia adalah seorang pelarian kasus makar di Papua, Namanya sempat menjadi catatan merah bagi kepolisian Interpol.

Benny wenda yang melarikan diri atas kasus makar yang dilakukannya pada tahun 2002, di luar negeri Benny memulai permainannya dengan membentuk sebuah wadah yang diberi nama ULMWP (United Liberation Movemant for West Papua).

Dari awal pembentukan ULMWP Benny sudah mulai memainkan propagandanya, pertama kali yaitu dengan membuat sebuah kantor ULMWP di Inggris, ruangan yang disebut oleh Benny adalah sebuah Kantor itu sebenarnya tidak ada, untuk meyakinkan rakyat Papua bahwa ULMWP telah melakukan perjuangan di Inggris, Benny wenda menyewa sebuah ruangan di Apartemen di Inggris, kemudian didesain seperti sebuah Kantor, setelah di Foto dan di dokumentasikan, gambar tersebut disebar di media sosial terutama di facebook, sebagian dana untuk mendesain rekayasa perjuangan dan menjamin kehidupan Benny Wenda di Inggris, Benny meminta bantuan sumbangan ke Papua dengan dalih perjuangan kemerdekaan untuk Papua barat (Free West Papua).

Tak hanya itu banyak pembohongan-pembohongan yang dilakukan oleh Benny, namun rakyat Papua masih yakin dengan rekayasa perjuangan Benny di Luar Negeri, seperti masuk ULMWP kedalam organisasi MSG (Melanesian spearthead Group), kepada rakyat Papua ULMWP sudah bergabung didalamnya, nyatanya sampai saat inipun negara-negara pasifik/Melanesian tidak pernah menyetujui ULMWP karena bukanlah sebuah Negara, MSG adalah perkumpulan Negara sepasifik atau rumpun Melanesian, Jadi ULMWP tidak pernah menjadi anggota MSG bahkan tidak akan bisa.

masih banyak lagi pembohongan dan pembodohanyang dilakukan oleh Benny terhadap rakyat Papua. Kali ini yang masih viral adalah isu Petisi Rakyat papua yang sudah diterima oleh PBB. Benny wenda pernah melakukan Press Conference yang mengatakan bahwa Petisi Rakyat Papua yang dibawa berenang oleh 6 perenang dunia di jenewa sudah diterima di PBB, berita ini terbit juga di media cetak luar dengan mencatut nama duta besar Venezuela yaitu Rafael Ramirez.

Dari sinilah terbongkar kebohongan seorang Penipu Besar Benny Wenda, Sebagai Duta besar Venezuela untuk PBB, Ramirez tidak terima namanya di catut langsung melakukan Press Conference dengan menyatakan "Sebagai Ketua Komite Khusus Dekolonisasi PBB (C-24), saya maupun Sekretariat Komite, tidak pernah menerima, secara formal maupun informal, petisi atau siapapun mengenai Papua seperti yang diberitakan dalam koran Guardian”.

Sebagai ketua Komite Kolonisasi PBB di markas besar PBB di New York Rafael menegaskan bahwa apa yang dilakukan oleh Benny Wenda adalah propaganda, Isu West Papua bukan bagian dalam agenda mereka, namanya digunakan sebagai manipulasi dan propaganda.

Sayangnya mereka (yang masih mendukung Benny Wenda) masih tertidur dengan hayalan dan janji palsu Benny Wenda, namun sebagian besar juga sudah mulai mengerti dan memahami siapa Benny Wenda, apa yang dilakukannya selama ini hanyalah untuk kepentingan dirinya bukan untuk Rakyat Papua, “Kami sudah dibodohi dengan cara propaganda yang dilakukan Benny wenda,” seperti kata pace Melan Woda yang dikutip dari akun facebooknya.

Dengan terbongkarnya permainan Benny ini, semoga banyak saudara-saudara saya yang sadar dan membuka matanya untuk melihat apa sebenarnya yang telah dilakukan Benny Wenda terhadap saudaranya sendiri di Papua, dia (Benny Wenda) telah melakukan pembodohan public.


sumber: international.sindonews.com, akun facebook Pace Melano Woda

1 komentar:


  1. Papua sebagai bekas jajahan Belanda mempunyai hak menentukan nasib sediri sesuai konvensi international " the right of self determination" dan juga sesuai keputusan persetujuan New York antara Belanda dan Indonesia dibawah ssupervisi PBB dalam persetujuan ditetapkan akan diadakan plebisit dimana satu orang satu suara untuk menetapan apakah orang Papua mau masuk RI atau menjadi negara merdeka. Plebisit tidak pernah diadakan dan yang dilakukan ialah dikumpulkan orang-orang dianggap pro RI, mereka dikumpilkan di lapangan terbang Holandia sekarang Jayapura. Katanya mereka bermusyawarah tetapi pada kenyataannya bukan musyawarah tetapi diintrodiknasi "alangkah sangat baiknya rakyat Papau kembali kepangkuan ibu pertiwi dan hari cemerlang ada di horizon. Nikolas Jowe ikut delegasi Belanda melawan Indonesia di perundingan, Yang kikut delegasi Indonesia ialah antara lain alm Ruben Mauri, Indey, Nussy. Melihat perlakuan TNI dan adminiistrasi NKRI terhadap orang Papua membuat mereka protes. Ruben Mauri protes ditempeleng dan ditendang, karena takut akan keselematan mereka terancam maka mereka lari ke hutan, ikut sera pula gubernur pertama RI untuk Papua bernama Ebenhezer Bonay. Itu sedikit cerita yang tidak diberitakan oleh media cetak maupun eelektronik. Harus diketahui bahwa Papua itu masuk ke dalam administrasi kolonial Belanda baru pada tahun 1884 dan pada 1895 diakui oleh Inggris, kemudian pada tahun 1910 oleh Jerman sebagi wilayah Belanda. Patut juga dimengerti bahwa Papua sangat kaya dengan hasil alam dan oleh karena dengan berbagai cara RI berusaha sekuat tenaga untuk mempertahan Papua sebagai milik NKRI dengan pernyataan "harga mati" wilayah NKRI. Bagi generasi muda Papua hendaklah mempelajari sejarah dengan benar dan jangan percaya dongenan Nicolas Jouwe dan sekutunya.

    BalasHapus