Zonapapuanews.- Jayapura-.
Ketua Sinode Gereja kemah Injil (Kingmi) Papua, Pendeta Benny Giay mengaku
toleransi agama di Papua dinilai mampu membangun komunikasi secara baik serta mampu
meredam konflik sosial dan isu SARA serta Hoax.
Kepada tabluid jubi,
Pdt. Benny Giay mengatakan, Toleransi beragama di Papua bukan wacana atau
teori, akan tetapi kenyataan. Hal itu dilihat dari hari-hari raya besar seperti
Natal dan Idul Fitri semua saling kunjung-mengunjungi, bukan hanya sehari
bahkan bisa sampai seminggu lamanya.
Menyinggung terkait
dengan beredarnya surat edaran pembatalan pembangunan masjid di sentani,
Pendeta Benny Giay menyampaikan bahwa, hal tersebut merupakan kejadian yang keliru
dan sampai saat ini kami dari pihak gereja-gereja papua masih melakukan
langkah-langkah untuk meminta permohonan maaf kepada umat muslim di papua dan
Indonesia.
“Dengan beredarnya
surat edaran pembatalan pembangunan masjid di kota sentani, Banyak orang
melihat bahwa Kabupaten Jayapura/Sentani masih kurang tingkat toleransi
beragama”. Ungkap Pendeta Beny Giay.
Dihari yang sama, Pendeta
Dorman Wandikbo, Ketua GIDI Papua ketika dihubungi melakui telepon selulernya mengaku
Indonesia harus belajar toleransi antar umat beragama di Papua.
Menurutnya di Tanah
Papua tak ada sama sekali persoalan antara agama, melainkan oknum-oknum tak
bertanggungjawab yang ingin memecah belah masyarakat Papua.
“Kalau bicara kelompok-kelompok
Islam, Hindu, Budha, Kristen, sama sekali tak ada di Papua. Yang ada hanyalah
persatuan dan kesatuan antara umat beragama”. Tegas Pendeta Dorman.
Lanjut Pendeta
Dorman, Janganlah kita menganggap diri bahwa agama yang kita anut adalah benar,
hal itu tak boleh dilakukan dan mayoritas melindungi minoritas. Sementara
minoritas menghargai mayoritas. Bagi kami, saat ini Papua adalah contoh bagi
daerah lain terkait dengan kebersamaan dan toleransi antar umat beragama. Maka
dengan itu kita harus menjaga kerukunan ini dengan baik. ***zpn***
0 komentar:
Posting Komentar