Suarasagunews.com.- Perumnas/waena.- Insiden
yang diduga merupakan pembakaran Alkitab oleh oknum tentara pada Kamis, (25/05/2017)
lalu, sebagian besar umat Kristen Papua diminta tidak turut terpancing serta
dugaan pembakaran Alkitab tersebut dipandang bukan alasan untuk melakukan
pembalasan.
"Orang Kristen tidak menyembah Alkitab
tetapi percaya dan menyembah Tuhan Yesus yang disampaikan melalui Alkitab
itu," kata Socratez Yoman, Ketua Badan Pelayanan Pusat Gereja-gereja
Baptis di Papua.
"Alkitab itu tidak perlu dibela. Kita
diajarkan isi Alkitab untuk mengasihi dan mengampuni. Yesus berkata: Ampunilah
mereka sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat," tutur Socratez.
Dia menambahkan Alkitab dibakar tidak akan
membuat kuasa Tuhan turut runtuh. "Kita hidup bukan untuk membela-bela
Kitab Suci atau Alkitab. Kita diminta dan diajarkan melalui Alkitab untuk
mengasihi musuh dan memperjuangkan keadilan dan menegakkan kebenaran demi
perdamaian," lanjut dia.
Itu sebabnya Ia meminta agar umat Kriten di
papua tidak reaktif dan sensitif atas insiden dugaan pembakaran Alkitab.
"Pada saat Yesus dicaci maki, diludahi,
ditinju, diejek, sampai disalibkan, kaki dipaku, tangan dipaku, kepala
dimakotai duri dan lambung ditikam, Yesus tetap memilih diam dan pancarkan
kasih, pengampunan."
Menurut Socratez, bagi umat Kristen yang ada
di tanah papua, kasih tetap menjadi panglima untuk kebaikan semua, tanpa
memandang agama dan latar belakang.
Hal yang sama disampaikan oleh Ketua Sinode
Kingmi Tanah Papua, Pendeta Benny Giay. Ia mengatakan bahwa, masyarakat Papua
tidak terprovokasi dengan peristiwa tersebut. Menurutnya masyarakat Papua harus
lebih cerdas dalam menyikapi situasi ini.
“Masyarakat Papua jangan terprovokasi. Alkitab
itu untuk dipahami, dimengerti dan dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari,
kita manusia di bumi ini tidak perlu membela Tuhan justru Tuhanlah yang membela
kita karena Tuhan yang empunya segalanya” kata Benny.
Penulis and publish Suara sagu news team
0 komentar:
Posting Komentar