April 23, 2017
0



Suarasagunews.- Masyarakat adat Jayawijaya meminta pemerintah melalui aparat Polri dan TNI untuk bersikap tegas membubarkan Komite Nasional Papua Barat (KNPB) yang secara terang-terangan menyuarakan aspirasi Papua merdeka serta menentang negara dan UUD 1945.

"Sebagai masyarakat adat di Jayawijaya, kami secara tegas menolak kelompok yang berseberangan dengan pemerintah, yang tiap kali demo minta merdeka," kata Kepala Suku Jayawijaya Alex Silo Doga mewakili para kepala suku saat berada di Kota Jayapura, Papua, Senin malam.

Menurut dia, mayarakat adat Jayawijaya menolak keberadaan KNPB yang tiap berunjuk rasa pasti bertindak anarkis dan dinilai telah membohongi serta memprovokasi pemuda dan pelajar di Papua, khususnya di Jayawijaya.

"Mereka harus dibersihkan, dibubarkan. Mereka hanya ingin membohongi masyarakat karena keinginan mereka bukan keinginan kami. Mereka telah berbuat onar dan meresahkan masyarakat luas sehingga takut untuk beraktivitas," katanya.

Alex juga mengaku menyesal telah mendorong para orang tua di Jayawijaya untuk mengirim sekolah dan kuliah para pelajar dan pemuda ke Kota Jayapura maupun kota besar lainnya di Indonesia karena tiap kali diberitakan hanya mengikuti aksi demonstrasi dan mengikuti hasutan kelompok KNPB.

"Generasi muda ini dikirim ke Jayapura dan daerah lainnya untuk menuntut ilmu supaya bisa kembali bangun negeri dengan kecakapan ilmu yang didapat. Saya dan para kepala suku menyesal, generasi muda itu bisa bersekolah karena hasil jualan ubi dan hasil kebun. Tapi di sini, di Jayapura, malah seperti ini, berdemo dan segala macam. Kami sebagai orang tua menyesal," katanya.

Alex menduga aksi para generasi muda itu dihasut oleh sekelompok orang yang ingin mencari keuntungan pribadi melalui aksi demonstrasi tersebut.

"Siapa aktornya? Ini yang harus ditelusuri oleh aparat berwajib. Generasi muda ini kan demo tidak punya uang, tapi mereka bisa jalankan demo dan lainnya. Jadi, kami tidak mau tahu, pemerintah harus bersikap tegas bubarkan KNPB yang didukung oleh LSM-LSM luar negeri," katanya Alex yang juga Ketua Dewan Musyawarah Pepera (DMP) merupakan anak Silo Sukarno Doga, salah satu kepala suku di Jayawijaya yang berjuang mempertahankan NKRI.

"Saya ini anak pejuang. Semasa bapak saya hidup itu ada tiga kepala suku yang ikut mempertahankan NKRI, termasuk Kurulu Mabel dan Ukumherik Asso. Mereka ini mewakili para kepala suku pada masa dulu," katanya.

Perjuangan para leluhur dalam menghadapi tentara Belanda, kata dia, sangat berani dan berapi-api, apalagi tentara kolonial waktu itu melakukan operasi besar-besaran di kampungnya dalam upaya menangkap Soekarno, presiden pertama RI.

"Bapak saya ikut mempertahankan NKRI dengan imbas mumi-mumi yang ada di kampung dibakar. Itulah pengorbanan kami," katanya.

Sebelum ayahnya, Silo Sukarno Doga, tutup usia, kata Alex, sempat berpesan agar tetap bersama dan mempertahankan NKRI karena jika hal itu tidak dilakukan maka generasi penerus akan menerima berbagai malapetaka, salah satunya penyakit.

Maka itu, Alex mengajak seluruh masyarakat untuk bersama-sama Pemerintah maupun Polri dan TNI membangun Papua agar maju dan masyarakatnya sejahtera.

"Perjuagan terkini bukan lagi demo anarkis melawan dan menentang pemerintah, tetapi belajar dan belajat hingga pintar sehingga bisa dapat arti kemerdekaan yang hakiki," katanya.

Belakangan ini kelompok yang menamakan diri KNPB sering menggelar aksi demonstrasi di berbagai daerah di Papua termasuk Jayawijaya dan Kota Jayapura, bahkan hingga di beberapa kota di Tanah Air, yang intinya meminta referendum dan aspirasi merdeka.

Unjuk rasa kelompok ini kerap diwarnai aksi anarkis sehingga membuat masyarakat resah dan takut beraktivitas.


Namun, masyarakat di berbagai kabupaten dan kota di Papua juga mulai berani lakukan penolakan dan perlawanan. Dua pekan lalu masyarakat adat menggelar unjuk rasa di hadapan Bupati Jayapura Mathius Awoitau di Sentani meminta pemerintah menindak tegas kelompok tersebut.

0 komentar:

Posting Komentar