Suarasagunews.- Masyarakat
adat Jayawijaya meminta pemerintah melalui aparat Polri dan TNI untuk bersikap
tegas membubarkan Komite Nasional Papua Barat (KNPB) yang secara terang-terangan
menyuarakan aspirasi Papua merdeka serta menentang negara dan UUD 1945.
"Sebagai
masyarakat adat di Jayawijaya, kami secara tegas menolak kelompok yang
berseberangan dengan pemerintah, yang tiap kali demo minta merdeka," kata
Kepala Suku Jayawijaya Alex Silo Doga mewakili para kepala suku saat berada di
Kota Jayapura, Papua, Senin malam.
Menurut dia,
mayarakat adat Jayawijaya menolak keberadaan KNPB yang tiap berunjuk rasa pasti
bertindak anarkis dan dinilai telah membohongi serta memprovokasi pemuda dan
pelajar di Papua, khususnya di Jayawijaya.
"Mereka harus
dibersihkan, dibubarkan. Mereka hanya ingin membohongi masyarakat karena
keinginan mereka bukan keinginan kami. Mereka telah berbuat onar dan meresahkan
masyarakat luas sehingga takut untuk beraktivitas," katanya.
Alex juga mengaku
menyesal telah mendorong para orang tua di Jayawijaya untuk mengirim sekolah
dan kuliah para pelajar dan pemuda ke Kota Jayapura maupun kota besar lainnya
di Indonesia karena tiap kali diberitakan hanya mengikuti aksi demonstrasi dan
mengikuti hasutan kelompok KNPB.
"Generasi muda
ini dikirim ke Jayapura dan daerah lainnya untuk menuntut ilmu supaya bisa
kembali bangun negeri dengan kecakapan ilmu yang didapat. Saya dan para kepala
suku menyesal, generasi muda itu bisa bersekolah karena hasil jualan ubi dan
hasil kebun. Tapi di sini, di Jayapura, malah seperti ini, berdemo dan segala
macam. Kami sebagai orang tua menyesal," katanya.
Alex menduga aksi
para generasi muda itu dihasut oleh sekelompok orang yang ingin mencari
keuntungan pribadi melalui aksi demonstrasi tersebut.
"Siapa
aktornya? Ini yang harus ditelusuri oleh aparat berwajib. Generasi muda ini kan
demo tidak punya uang, tapi mereka bisa jalankan demo dan lainnya. Jadi, kami
tidak mau tahu, pemerintah harus bersikap tegas bubarkan KNPB yang didukung
oleh LSM-LSM luar negeri," katanya Alex yang juga Ketua Dewan Musyawarah
Pepera (DMP) merupakan anak Silo Sukarno Doga, salah satu kepala suku di
Jayawijaya yang berjuang mempertahankan NKRI.
"Saya ini anak
pejuang. Semasa bapak saya hidup itu ada tiga kepala suku yang ikut
mempertahankan NKRI, termasuk Kurulu Mabel dan Ukumherik Asso. Mereka ini
mewakili para kepala suku pada masa dulu," katanya.
Perjuangan para
leluhur dalam menghadapi tentara Belanda, kata dia, sangat berani dan
berapi-api, apalagi tentara kolonial waktu itu melakukan operasi besar-besaran
di kampungnya dalam upaya menangkap Soekarno, presiden pertama RI.
"Bapak saya
ikut mempertahankan NKRI dengan imbas mumi-mumi yang ada di kampung dibakar.
Itulah pengorbanan kami," katanya.
Sebelum ayahnya,
Silo Sukarno Doga, tutup usia, kata Alex, sempat berpesan agar tetap bersama
dan mempertahankan NKRI karena jika hal itu tidak dilakukan maka generasi
penerus akan menerima berbagai malapetaka, salah satunya penyakit.
Maka itu, Alex
mengajak seluruh masyarakat untuk bersama-sama Pemerintah maupun Polri dan TNI
membangun Papua agar maju dan masyarakatnya sejahtera.
"Perjuagan
terkini bukan lagi demo anarkis melawan dan menentang pemerintah, tetapi
belajar dan belajat hingga pintar sehingga bisa dapat arti kemerdekaan yang
hakiki," katanya.
Belakangan ini
kelompok yang menamakan diri KNPB sering menggelar aksi demonstrasi di berbagai
daerah di Papua termasuk Jayawijaya dan Kota Jayapura, bahkan hingga di
beberapa kota di Tanah Air, yang intinya meminta referendum dan aspirasi
merdeka.
Unjuk rasa kelompok
ini kerap diwarnai aksi anarkis sehingga membuat masyarakat resah dan takut
beraktivitas.
Namun, masyarakat di
berbagai kabupaten dan kota di Papua juga mulai berani lakukan penolakan dan
perlawanan. Dua pekan lalu masyarakat adat menggelar unjuk rasa di hadapan
Bupati Jayapura Mathius Awoitau di Sentani meminta pemerintah menindak tegas kelompok
tersebut.
0 komentar:
Posting Komentar