Suarasagunews.- Akhir-akhir ini
kelompok Organisasi Papua Merdeka (OPM) masih melakukan kebohongan dengan
menyebarkan berita tidak benar baik di media online maupun media sosial yang
menyatakan pemerintah telah melakukan genosida terhadap warga asli Papua.
Sebelum kita
melangkah kepada Genosida, kita harus tahu dulu apa arti dari Genosida.
Genosida atau genosid adalah sebuah pembantaian besar-besaran secara sistematis
terhadap satu suku bangsa atau kelompok dengan maksud memusnahkan (membuat
punah) bangsa tersebut.
Yang jadi pertanyaan
kita sekarang, Apakah OPM (Organisasi Papua Merdeka) mengerti apa arti kata
dari Genosida…? Kalau melihat arti dari Genosida, maka tidak ada yang namanya
pemerintah Indonesia melakukan Genosida di Papua. Tidak ada data dan fakta yang
menyatakan adannya genosida di Papua. Pernyataan tersebut juga membuktikan
bahwa kelompok OPM tidak mengerti arti genosida dan memberitakan bukan fakta
yang sebenarnya atau memelintir fakta agar mereka diperhatikan oleh dunia
internasional dengan berita berita yang tidak benar.
Adanya pernyataan
dari kelompok OPM yang menyatakan bahwa adanya genosida dibuktikan dengan
jumlah pertumbuhan penduduk Papua asli yang terlihat lambat, yang saat ini
menurut mereka harusnya sudah mencapai 5 juta seperti penduduk Papua Nugini,
bukan 2 juta jiwa seperti saat ini adalah pernyataan yang tidak ilmiah dan
terkesan bodoh. Kenapa tempat atau negara orang lain dijadikan acuan
pertambahan penduduk. Yang parahnya mereka menyatakan pertambahan penduduk asli
Papua lambat ada indikasi terjadinya genosida.
Masalah pertambahan
penduduk orang asli Papua lambat, sebenarnya salah satu indikasinya dapat
dilihat dari orang Papua Asli yang juga menjadi tokoh OPM tidak mau menikah
dengan sesama suku dan rasnya sendiri. Dia malah memilih menikah dengan orang
Jawa, contoh Filep Karma, Nikah dengan orang Jawa anaknya tentu bukan OAP
(Orang Asli Papua) lagi. Padahal Filep Karma menggebu-gebu mengatakan bahwa
terjadi genosida di Papua.
Maka seharusnya dia
kawin dengan sesama orang Papua dan bikin anak-anak Papua sebanyak mungkin agar
menjaga keturunan Asli papua, bukan malah menikah dengan suku bangsa Indonesia
lainnya. Belum lagi orang Papua lainnya yang tidak menikah dengan asli orang
Papua, yang otomatis tidak ada lagi Orang Papua Asli seperti yang mereka
inginkan.
OPM juga harus tahu
bahwa Kepala Daerah di Papua saat ini adalah tokoh tokoh asli Papua, ini
berarti kepemimpinan di Papua merupakan orang asli Papua, apakah mereka tega
untuk mendiamkan aksi genosida apabila memang benar benar terjadi aksi genosida
di Papua. Kalo terjadi Genosida pastinya media nasional dan internasional akan
menyiarkan fakta yang ada bukan mendiamkan karena tugas dari media adalah
melaporkan fakta-fakta bukan opini dan khayalan semata, khayalan untuk
diperhatikan agar mendapatkan empati baik dari masyarakat nasional dan
internasional.
Kalau memang
benar-benar terjadi genosida di Papua, Mengapa orang-orang Papua yang ada
diseluruh Indonesia tidak melarikan diri karena takut untuk dieksekusi, kenapa
pelajar dan mahasiswa asli Papua baik yang belajar di tanah Papua sendiri
maupun belajar di propinsi lainnya di Indonesia, masih melakukan kegiatan
sehari harinya, tidak takut di musnahkan oleh negara. Semuanya ini sebenarnya
menunjukkan bahwa kondisi negara Indonesia sangat aman dan nyaman, tidak ada
ancaman apapun untuk mereka.
Sementara pernyataan
Komisioner Komnas HAM RI, Sandra Moniaga yang menyatakan, Pada 2016, Papua
tidak hanya darurat kebebasan berekspresi seperti kesimpulan hasil survei
Setara Institute, namun juga Papua darurat HAM tidak ada kaitannya dengan
genosida. Sandra menyatakan Korban di Papua bermacam-macam.
Ada korban
pelanggaran HAM berat, korban kekerasan terhadap perempuan, anak-anak yang
menjadi korban kekerasan, korban yang tanah nya dirampas dan lain-lain. Ini
juga bukan fakta tentang genosida, jadi walaupun katanya ada indikasi
pelanggaran berat itu bukan bagian dari indikasi genosida.
Sementara itu press
release survei yang dikeluarkan SETARA Institute, Jakarta pada Desember 2016,
bahwa diketahui indeks kinerja Hak Asasi Manusia (HAM) di Indonesia mengalami
peningkatan tetapi tidak signifikan. Survei yang diadakan ini merupakan yang ketujuh
kali semenjak tahun 2010 sebagai bagian dari peringatan hari Ham setiap tanggal
10 Desember. Survei ini juga tidak mengindikasi adanya genosida di Indonesia
khususnya di wilayah Papua. walaupun ada peningkatan dari kuantitas pelanggaran
HAM yang itupun tidak signifikan.
Atas dasar tersebut
prinsipnya tidak ada genosida atau pembantain besar besaran secara sistematis
yang dilakukan oleh negara Indonesia khususnya kepada suku Papua asli.
Pernyataan pernyataan tersebut hanyalah pernyataan untuk menarik simpati dunia
internasional dari pihak OPM agar “perjuangan” mereka diperhatikan oleh dunia
internasional.
Seperti kita ketahui
mereka saat ini membuat petisi yang di galang oleh Benny Wenda/ Juru Bicara
United Liberation Movement for West Papua (ULMWP) yang menargetkan 10.000
penandatanganan sampai Agustus 2017. Nantinya petisi tersebut dibawa renang 69
KM di danau Jenewa dan akan disampaikan ke Sekjen PBB.
Kita berharap
masyarakat asli Papua tidak terpengaruh dengan petisi tersebut, karena kita
sudah sangat aman menjalankan kehidupan sehari hari bersama dengan pemerintah
daerah dibantu dengan pemerintah pusat. Secara keseluruhan tidak ada hal hal
yang membuat masyarakat Papua tertekan didalam menjalankan kehidupan
sehari-hari.
Apabila ada
pelanggaran HAM pun sebenarnya dari kelompok-kelompok mereka (OPM) yang ingin
berbuat melanggar hukum dan aparat keamanan hanya menjalankan tugas untuk
menangkap mereka yang akhisrnya ekses dari perbuatan mereka, anggota mereka ada
yang tewas.
Untuk kekerasan
sendiri sebenarnya aparat kita bukan satu dua kali saja yang menjadi korban di
Papua, itu merupakan perbuatan kelompok bersenjata yang ingin daerah Papua
menjadi tidak nyaman seperti kelompok OPM ini. Kegiatan mereka sudah mengarah
politik yang ingin Papua keluar dari negara Indonesia. Jumlah merekapun tidak
signifikan dan mereka tidak pantas mengatasnamakan masyarakat Papua asli untuk
keluar dari negara Indonesia.
Oleh karenanya mari
kita masyarakat Papua, baik dari suku Asli Papua yang terdiri dari berbagai macam
suku, maupun masyarakat pendatang yang tinggal di Papua untuk membangun Papua
dapat keluar dari sebutan daerah miskin, karena Papua kaya akan SDA nya.
Tidak ada Genosida
yang dilakukan pemerintah atas rakyat Papua. Kita bersatu padu dengan
pemerintah daerah dan pemerintah pusat untuk membangun Papua. Tinggalkan
pemikiran-pemikiran keluar dari negara Indonesia seperti yang dilakukan OPM.
Abaikan petisi yang
ditawarkan OPM, bahwasanya gerakan mereka hanya untuk kepentingan mereka bukan
kepentingan rakyat Papua. Dengan demikian keiikutsertaan rakyat Papua dalam
membangun Papua maka rakyat Papua akan dapat berdiri sejajar dengan provinsi
provinsi lainnya di Indonesia.
http://m.batamtoday.com/berita84884-Menyibak-Hoax-Genosida-di-Tanah-Papua.html
Penulis adalah Tokoh
Pemuda Papua
0 komentar:
Posting Komentar