![]() |
Suarasagunews.- Sumpah Pemuda adalah
satu tonggak utama dalam sejarah pergerakan kemerdekaan Indonesia dan sekaligus
merupakan suatu pengakuan dari pemuda-pemudi Indonesia untuk persatuan. Ikrar
ini dianggap sebagai kristalisasi semangat guna menegaskan cita-cita berdirinya
negara Indonesia.
Sumpah Pemuda
dibacakan pada tanggal 28 Oktober 1928, yang merupakan hasil rumusan dari
Kerapatan Pemuda-Pemudi atau Kongres Pemuda II Indonesia.
Kongres Pemuda II
dilaksanakan oleh organisasi Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI),
sebuah organisasi pemuda yang beranggotakan pelajar dari seluruh wilayah
Indonesia. Kongres tersebut dihadiri oleh berbagai wakil organisasi kepemudaan,
seperti: Jong Java, Jong Batak, Jong Celebes, Jong Sumatranen Bond, Jong
Islamieten Bond, Jong Ambon, pengamat dari pemuda Tionghoa, dsb.
Pada rapat penutup,
di gedung Indonesische Clubgebouw di Jalan Kramat Raya 106, dicetuskanlah isi
"Sumpah Pemuda", sebagaimana tercantum pada prasasti di dinding
Museum Sumpah Pemuda, sbb:
Pertama:
Kami putra dan putri
Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia.
Kedua:
Kami putra dan putri
Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
Ketiga:
Kami putra dan putri
Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Pemuda Papua pada
Sumpah Pemuda
Di antara peserta
Kongres Pemuda II tersebut terdapat dua pemuda dari Tanah Papua. Mereka adalah
Poreu Ohee dan Aitai Karubaba. Keduanya diutus oleh Sultan Tidore, karena waktu
itu Tanah Papua masuk dalam Kesultanan Tidore, sehingga perwakilan Papua itu menjadi
bagian dari kumpulan Yong Ambon.
Poreu Ohee yang
memiliki nama lengkap Abner Poreu Ohee merupakan tokoh adat dari
Tobati-Enggros, Waena. Poreu Ohee memiliki seorang anak yang bernama Ramses
Ohee, yang merupakan pelaku sejarah Pepera 1969. Ramses dikenal sebagai seorang
Ondoafi dari Waena, yang saat ini menjadi Ketua Barisan Merah Putih.
Sedangkan Aitai
Karubaba adalah pemuda Papua yang berasal dari Kampung Ambai, Serui. Makam
Aitai Karubaba berada di Kampung Rondepi, Pulau Urfarari, Distrik Kepulauan
Ambai.
Fakta sejarah ini
membuktikan sejak sebelum Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya, di dalam
dada orang Papua sudah bersemi Nasionalisme ke-Indonesiaan bersama putra-putri
Indonesia dari daerah lainnya.
Terungkapnya
kehadiran kedua pemuda Papua tersebut dalam Sumpah Pemuda menunjukkan keinginan
rakyat Papua bergabung dengan Indonesia sudah muncul sejak pelaksanaan Sumpah
Pemuda 28 Oktober 1928.
Untuk itulah kita
hendaknya menghargai jasa kedua tokoh Papua ini yang telah bersusah payah dan
turut serta menghadiri Sumpah Pemuda yang menjadi tonggak sejarah berdirinya
Indonesia.
Penulis and publish, Suara sagu news team

0 komentar:
Posting Komentar